Minggu, 24 Maret 2013

Rabu, 20 Maret 2013

PHP


PHP oh PHP lagi jaman -__-"

Wuiiih sekarang banyak banget yang ngomongin PHP.
PHP disini itu  Pemberi Harapan Palsu.

Maksudnya apa sih?




Jadi, ada orang yang memberikan harapan tapi ternyata itu palsu atau fake. Harapan yang diberi ya beragam.

Mungkin disini ada yang berpengalaman di PHP-in?

jujur aku juga pernah di PHP-in, rasanya itu nyelees banget sob..!!

Ini kasus lebih sakit daripada di santet dukun gadungan atau di injek gajah mungkin (┌_┐)\('́
'̀)

Pernah nggak rasanya di gampar aspal?




Nah kurang lebih itu rasanya!




Seorang yang udah terkena syndrome PHP terkadang sulit banget dan trauma dengan yang namanya cinta.

Padahal lu cuma minta ijinkan untuk mencintainya ?




#eeh.. tapi sayang itu cuma harapan palsu




Mungkin kalo ada ruang UGD tentang Cinta (60% pasiennya dari korban PHP).

ak sebagai korban PHP seolah hari ku waktu itu serba redup, (kaya lampu yang bentar lagi mau putus)
seolah Matahari adalah awan galau yg menyelimuti hari ku, nikmatnya makan kalo cuma di warung, lagi liat couple gandengan rasanya pingin cepet-cepet masuk ruang jenazah!!

seakan-akan pengen bangeet bilang "piso mana piso" atau "garpu mana garpu"


Dulu waktu aku diberi harapan sama dia terasa menggebu-gebu hati ku. Senyum-senyum tiap hari mikirin dia.. (km pasti pernah gitu kan? )

tapi sayang dan sangat di sayangkan itu cuma harapan palsu ternyata (
́_̀)


nah itu yang aku sadari akhirnya!!

km pada nggak seharusnya nge-GALAU in dan sedih di tinggal si dia PHP!!


Dia ganteng? manis? asik? perhatian? cantik? 




tapi inget itu cuma harapan palsu men..!!


(udah buat apa coba?? mending tinggalin aja…)

INGET!!


Orang single di Indonesia itu jumlahnya ngalahin jumlah pengangguran di negeri ini kok. Jadi jangan takut kalo gak dapet jodoh.. 


Hidup dibawa Enjoy aja., masih banyak hal yg bisa lo lakuin daripada cuma menyesali yang udah terjadi.

Dia pasti dibalas KARMA kok..



Ciri – Ciri PHP Menurut Pengalam gw :

·                     - Kita dikasih harapan (udah pasti),
·                     - Kita di bikin ngefly,
·                     - Gak cuma ngomong ke 1 orang
·                     - Waktunya gak lama
·                     - Sok peduli, abis itu...
·                     - YAUDAH !

Kalo menurut aku sendiri, PHP terjadi pada hubungan yang singkat. Baru kenal terus, langsung sok mesra gitu. Dan aku termasuk orang yang nikmatin proses. Dalam perspektif ini, menurut ku kalo emang km ngerasa di-PHPin, ya nikmatin aja selama bikin lo seneng. Anggep aja ngisi waktu luang. Jangan terlalu terbawa perasaan dan terlalu agresif.

Inget SOB, jangan pernah MENARUH sebuah HARAPAN..

karena rasanya itu SAKIT..!!




Kalo lu terkena PHP, km cukup deh galau sekali aja kalo perlu nggak usah.!!!

Toh orang yang nge-PHPin km juga udah nggak peduli sama km..

Hidup ini bukan cuma buat galau sob..

 lu sedih karena di PHP? CUPU ah!


Selasa, 19 Maret 2013

-__

bad day is a day where I know all the ugliness that is in you, yes you people who have been my love is not a short time I believe and love, all takes time, process, and considerable sacrifice. without you knowing it all right? I'm stupid? or are you stupid? loves to be appreciated? no .. if only for a while for what? hurt someone? or simply your satisfaction? remember KARMA always apply, do not even think GOD was sleeping,
so for me it's useless if you remember GOD wrote your behavior is so. a woman's heart should never hurt you! woman were created to be protected, valued and not to be betrayed.
I now sense to you, yes to you, such as water that has become stone. I hate your figure. This is all because of you!!

THIS IS MY STORY REAL!! TO YOU BOY LIAR.. YOU KNOW I'M VERY-VERY HATE YOU FROM THIS MOMENT UNTIL FOREVER!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Senin, 18 Maret 2013

Maybe


Sore itu aku duduk2 di teras belakang rumah.sambil liatin ikan hias piaraan papa di kolam kecil samping teras.aku masih memikirkan kata2 Vicka teman baikku di sekolah “mau sampai kapan kamu menjalin hubungan terlarang kamu sama Dicky,inget grace kamu udah di jodohin sama Winston!”.”vick..aku itu masih 18 tahun pernikahan ku sama winston itu toh masih nanti kalo aku lulus kuliah.masih 5 tahunan lagi.aku cinta sama Dicky vick.aku gag cinta sama Winston.”..”bukannya aku maksa kamu say..tapi kasian dicky nantinya.kamu bisa lihat kan betapa dicky cinta sama kamu…gimana nanti kalo saat dicky semakin mencintai kamu,kamu malah menikah dengan orang lain.pikirin perasaannya dicky”. 

hhuuhh…..Aku menghela napas panjang.rumit nya kisah cintaku…aku hanya ingin bahagia dengan orang yang aku cintai kenapa sesulit ini.bulan depan aku sudah lulus dari SMA itu artinya aku akan ninggalin indonesia.karena mama dan papa ingin aku kuliah di singapore.di kampus yang sama dengan Wins..anak temen papa sekaligus temen kecil aku.orang tuaku dan Wins udah sepakat menjodohkan kami nantinya.awalnya aku setuju2 aja.tapi semenjak aku mengenal dicky semua berubah….. 


“Grace!! Ada telfon dari Wins”teriak mama dari dalam yang memecahkan semua lamunanku tentang dicky
“iya ma.. bentar”
“Halo Grace!”terdengar suara Wins dari seberang sana
“Hai Wins…tumben telfon aku”
“Tumben???bukannya emang 2hari sekali aku telfon kamu yaa??”
“oh eh I iya Wins..lupa..”jawabku gugup
“Lupa??kamu kenapa sih hun?ada masalah ya kok gak konsen gitu.apa aku ganggu kamu nih”
“oh…gak kok wins sory sory….lagi banyak pikiran nih biasa deg deg an nunggu pengumuman kelulusan”
“oh.kamu pasti lulus kok sayang percaya deh sama aku…”
“Wins sory nih aku ngantuk banget telfonnya besok lagi aja ya…muach ” 

Aku langsung menutup telfon wins,jujur aku merasa sangat bersalah pada wins.dia selalu baik sama aku.tapi aku malah kaya gini.aku menuju ke kamarku,aku rebahkan tubuh aku.aku mulai memejamkan mataku.setelah itu aku hanyut dalam khayalan ku tentang Dicky
Esoknya aku menemui Dicky aku ceritakan semua padanya.mulai dari perjodohan ku dengan wins dan tentang rencana papa yang mau nguliahin aku ke luar negri.aku kira dicky akan marah mendengar pernyataan aku,tapi dia malah memeluk aku, 


“aku gak peduli kamu mau menikah dengan siapa nantinya.yang pasti aku bahagia banget bisa merasakan cinta dari kamu.”aduhhh kenapa dicky malah bicara kayak gitu aku malah semakin merasa bersalah padanya
“kamu kenapa gak marah aja sih dik,aku malah jadi makin sedih denger kamu ngomong kaya gitu”
“ada suatu hal yang bikin aku gag sedih kamu punya wins,jadi aku bisa tenang sekarang karena ada yang mencintai kamu dan lebih bisa membahagiakanmu nantinya sayang.karena aku gak mungkin selamanya di samping kamu” 


“sayang…kamu ngomong apa sih??”jujur aku merasa ada yang mengganjal dari kata2 diky tadi.merasa sedih gak karuan.perasaan apa ini
“oiya sayang kamu tinggal 1 bulan kan disini.mending kita susun rencana2 aja yank.pokoknya 1 bulan ini harus kita isi dengan kenangan2 indah yang tak terlupakan.biar gak ada yang menyesal nantinya.okey?”
aku menganggukkan kepalaku,Diky tersenyum padaku,senyum yang aku rasa aneh..
1 bulan terakhirku di indonesia aku lewati berdua dengan dicky.jalan2 ke mall,piknik ke pantai,puncak,hampir semua tempat wisata di kota kami kunjungi.bahagia banget.aku semakin sayang pada dicky.dan semakin gak sanggup meninggalkan dia nantinya.Hari terakhir kami lewati di pantai.Sebuah pantai berpasir putih di tengah desa yang tidak banyak orang yang tahu. 


“sayang”kata dicky…”apa sayy…”jawabku .”apa pesan dan kesan kamu selama 1 bulan ini full sama aku??”
“ya ampunn kaya pelajaran bahasa aja deh kamu pake pesan dan kesan segala”
“hahaha….iya donk mau rekam nih sayang.aku udah bawa alat perekamnya nih”
“ihh ya ampun segitunya…ehmm apa ya…bingung sayang”
“ungkapin apa yang ada di hati kamu.ungkapin semua yang kamu pikirkan tentang aku.siap yaaa”
aku mulai mengungkapkan perasaanku 


“Dicky sayang…makasih banget buat 1 bulan yang indah ini ya.aku gak akan pernah melupakan kenangan kita ini.aku…sangat sangat mencintai kamu.lebih dari apapun dik.maafin aku gak bisa kasih cinta yang sempurna buat kamu.tapi jujur aku sangat ingin hidup berdua dengan kamu selamanya.maafin aku….”selesai aku bicara aku melihat mata dicky menahan air matanya.ya…Tuhan hancur banget rasanya liat dia nangis kaya gitu.aku merasa jadi orang paling jahat sekarang.aku memeluk dicky erat.dicky pun membalas pelukan aku. 


“Grace..kamu jaga diri baik2 ya…kamu harus bahagia.dengan atau tanpa aku sayang.meskipun aku gak ada di samping kamu.tapi aku selalu ada di hati kamu sampai kapanpun”kata2 dicky di ucapkan dengan sangat lembut bahkan nyaris tidak terdengar.tapi hati aku bisa merasakan kepedihan yang sangat dalam di hati dicky.
Besoknya adalah pesta perpisahan di sekolahku.tapi dari tadi aku gak lihat sosok dicky.perasaan kawatir pun muncul di hati aku.aku coba menghubungi ponselnya tapi gak aktif.aku telfon rumahnya pembantunya bilang dicky udah berangkat dari sejam yang lalu.astaga dia kemana.kenapa saat terakhir aku disini kamu malah gak ada dik.kamu dimana??sampai acara selesai dicky gak juga muncul di sekolah.aku berjalan pelan di koridor sekolahku.terbayang masa2 aku dengan dicky.tawa,canda,dan bahkan tangis menghiasi cinta terlarang kami.sayang kamu dimana…aku pengen meluk kamu untuk terakhir kalinya…..sampai di gerbang mama dan papa udah nunggu aku,aku harus berangkat ke singapore hari ini juga.aku menuju ke mobil sambil sesekali menoleh ke belakang berharap dicky datang menghampiri aku.tapi gak ada.aku masuk ke mobil.tapi pandangan ku tetap ke arah belakang.perlahan mobil aku mulai berjalan.belum lama mobil kami berjalan seperti ada yang memanggilku.”Dicky”seruruku 


“kamu kenapa grace..dicky siapa??”
“aku denger ada yang manggil aku mah”lalu aku menoleh ke belakang tapi gag ada siapa2 di sana.tapi hati aku yakin ada yang memanggilku dan itu suara dicky.aku gak mungkin salah.”gak ada siapa2 sayang”kata papa
Aku udah pasrah….mungkin Tuhan belum ijinkan aku bertemu dengan dicky…tapi aku berjanji pada diriku sendiri aku pasti kembali ke sini. 



***

2 tahun kemudian……..
aku mengambil cuti kuliah 1 bulan.dan memutuskan untuk pulang ke indonesia.aku kangen sama mama papa.dan yang pasti aku sangat merindukan dicky.seperti apa dia sekarang….senyumku mengembang membayangkan Wajah Dicky.gak sabar pengen langsung menemuinya.siang itu juga aku pamit sama mama mau pergi ke rumah vicka.sesampai di rumah vicka dia menyambut aku dengan kebawelannya yang khas.
“Gracee!!! Ya ampun kangen banget, kapan sampe sini kok gak kabar2 aku sihh..jahat banget,masuk dulu yuk” 


“iya iya tapi abis ini anterin aku ke tempat dicky yaa..”
Vicka terlihat kaget mendengar ucapan aku.perasaan ku mendadak gak enak.
“kenapa vick??kok kayaknya kamu kaget banget??”
“kita ceritanya di dalem aja yaaa”
sesampainya di dalem vicka suruh aku duduk di kamarnya.vicka kelihatan sangat serius.mau gak mau aku jadi semakin gak tenang 


“kenapa vik?ada apa sebenernya.dicky gak apa2 kan dia baik2 aja kan”
“Grace….maafin aku gak crita soal ini ke kamu.plis janji jangan marah”
“iya aku janji…”
Vicka mulai bercerita
“2 tahun yang lalu saat pesta perpisahan dicky gag bisa dateng ke pesta karena dia mau beliin kamu bunga tapi sayangnya dia malah kejebak macet..hapenya mati dan gak bisa hubungin kamu.saat kamu pulang selang beberapa menit aja dicky dateng dia lari ngejar mobil kamu.tapi mobil kamu terlanjur jauh.dicky teriakin nama kamu sekencang mungkin bahkan banyak yang lihat kejadian itu.lalu ada beberapa tukang ojek yang mangkal di depan sekolah.dicky minjem salah satu motor milik tukang ojek di situ buat ngejar kamu..tapii….”kata2 vicka terhenti.prsaan aku sangat gag karuan saat itu.”tapi apa vik?” 


“tapi naas dicky di tabrak truk dari arah samping grace…..”
“trus dicky gimana dia gak kenapa2 kan vik dia baik2 aja kan?”
“setelah kejadian itu dicky masih bisa bernafas grace.orang2 disitu bawa dia ke RS termasuk aku.aku nungguin dia sampai sadar.ayah dan ibunya gak ada yang dateng.sekitar 1 jam kemudian dokter keluar.dokter bilang dicky ingin ketemu aku”aku masuk ke kamar UGD.aku lihat nafas dicky udah tersengal2 grace.dia nitip tape recorder ini buat kamu.dia bilang aku harus jaga kamu.karena dia udah gak bisa lagi jaga kamu.setelah dia mengatakan hal itu.Nafasnya berhenti grace..Dicky udah gak ada.dia udah tenang di sana sayang….” 


Aku terdiam…tubuh aku jadi sangat lemas mendengar cerita vika.
“grace jangan diem aja kalo mau nangis, nangis aja gak apa2”
“DICKY!!!!!!!!!!kenapa secepat ini vick…aku belum bisa ngebahagiain diaa”aku nangis sejadi2nya.menyesal,dan kecewa kenapa di saat terakhir dicky aku gak ada di sampingnya….andai saja waktu itu aku bisa menunggunya sebentar saja pasti gak akan kayak gini jadinya.andai saja waktu aku mendengar suaranya aku mau berhenti! 


Aku menerima rekaman pemberian dicky dari vika.setelah itu vika mengantarkan aku pulang.
aku masuk ke kamarku.aku rebahkan tubuhku.aku ambil rekaman dari dicky.aku putar perlahan….ternyata itu adalah rekaman suaraku waktu di pantai di hari terakhir aku bertemu dengannya.aku dengarkan sampai selesai.saat kata2ku di dalam rekaman itu selesai aku meletakkan nya di dada ku.tapi ternyata masih ada suara lagi.ternyata dicky menambahkan isi rekaman itu denagn kata2nya. 


Dicky::Grace sayang….mungkin memang kisah cinta kita gak sesempurna yang kita inginkan.tapi kamu adalah yang tersempurna yang pernah aku miliki.aku mencintai kamu melebihi diriku sendiri.suatu saat nanti kalau kita ketemu mungkin kamu udah mengendong anak kamu dengan winston yang manis2.dan aku akan memandang kamu dari jauh sayang.aku ikut tersenyum untuk kebahagiannmu.I love You My Princess… 


Ya..Tuhan..penyeslan yang teramat dalam aku rasakan sekarang…..
Dicky…aku janji aku akan bahagia buat kamu.tenang di sisiNya ya sayang…..I love You My Soumate…..
3 tahun kemudian aku akhirnya menikah dengan Winston.kami di karuniai 2 anak….dan memutuskan untuk menetap di singapore.tapi dicky…selamanya kenangan akan dia tidak akan pernah hilang……
Love U Dicky….

The End

ckckckcckckc



Dapatkah seseorang mencinta hanya karena sepotong mimpi? Mustahil. Namun, adikku semata wayang mengalaminya – setidaknya itu yang diakuinya.
Gadis yang dicintainya adalah Lala, adik sepupunya sendiri. Wajar, bukan? Bahkan, menjadi halal saat kedua orang tuaku kemudian berpikir untuk meminangnya.
Semua berawal dari penuturan Jamal. Ia bilang, ia memimpikan Lala sebagai gadis yang diperkenalkan Ibu kepadanya sebagai calon istrinya.
“Kami sudah saling mengenal, Bu,” kata Jamal dalam mimpi itu dengan malu-malu. Gadis itu pun mengangguk dengan senyum malu-malu pula.
Sebenarnya Jamal tidak terlalu meyakini gadis itu adalah Lala. Wajahnya samar terlihat. Namun, Jamal merasakan aura gadis itu cukuplah ia kenal. Hebatnya, ini diperkuat oleh ayah kami. Di malam yang sama, beliau bermimpi tentang Jamal yang duduk di kursi pelaminan bersama Lala! Apakah ini pertanda? Entah. Hanya saja, sejak itu aku merasakan pandangan Jamal terhadap Lala berubah.
Mereka sebenarnya teman bermain di waktu kecil, namun tak pernah bertemu lagi sejak remaja. Keluarga Lala tinggal jauh di Surabaya, sementara kami di Jakarta. Kami jarang berkumpul, bahkan saat lebaran, sehingga kenangan yang dimiliki Jamal tentang Lala adalah kenangan di masa kecil dulu sebagai abang yang kasih kepada adiknya. Kasih dimana sama sekali tak terpikirkan untuk memandang Lala sebagai gadis yang pantas dicintai, bahkan halal dinikahi. Namun, mimpi itu mampu menyulap semuanya menjadi…cinta (?).
Mari katakan aku terlalu cepat menyimpulkan sebagai cinta. Barangkali saja itu hanya pelangi yang tak kunjung sirna mengusik relung hati adikku. Pelangi yang mampu merubahnya menjadi sok melankolis hingga membuat kami sekeluarga khawatir melihat ia kerap termenung menatap kejauhan, untuk kemudian mendesah perlahan.
“Mungkin kau harus menemuinya di Surabaya,” kata Ibu.
”Rasanya tak usah, Bu. Masak hanya karena bunga tidur aku menemuinya,” jawab Jamal.
”Barangkali saja itu pertanda.”
”Bahwa Lala jodoh saya?”
”Bukan. Bahwa sudah lama kau tak mengunjungi mereka untuk bersilaturahmi. Biar nanti Mbakmu dan suaminya yang menemanimu kesana.”
Jamal tertegun sejenak untuk kemudian mengangguk.
Wah, pintar sekali Ibu membujuk. Padahal tanpa sepengetahuan adikku yang pendiam itu, Ibu menyerahi kami tugas untuk ”meminang” Lala. Ibu betul-betul yakin mimpi itu sebagai pertanda sehingga memintaku menanyakan kepada Lala tentang kemungkinan kesediaannya dipersunting Jamal.
”Kenapa tidak minta langsung saja pada Paklik? Biar mereka dijodohkan saja,” kataku waktu itu.
”Ah, adikmu itu takkan mau.”
”Tapi…”
”Sudahlah. Ibu tahu Jamal belum terlalu dewasa. Kuliah saja belum selesai. Tapi setidaknya ia memiliki penghasilan dari usaha sambilannya berdagang, ‘kan?”
“Bukan itu maksudku. Apa Ibu yakin Jamal mau dengan Lala? Barangkali saja mimpinya hanya romantisme sesaat.”
Ibu tercenung. Aku yakin Ibu belum memastikan ini. Yang beliau tahu hanya Jamal yang bertingkah aneh. Itu saja. Selebihnya ia perkirakan sendiri. Sepertinya justru Ibulah yang ngebet ingin meminang Lala.
”Kupercayakan semua itu padamu.”
Walah! Berarti tugasku berlipat-lipat! Selain memastikan kesediaan Lala, aku pun harus memastikan perasaan adikku sendiri.
***
Ia diam. Sudah kuduga reaksinya begitu jika kutanyakan tentang kemungkinan perjodohannya dengan Lala.
“Kamu mencintainya?” Aku mengganti pertanyaan. Kali ini Jamal malah terkekeh.
”Mungkin… Entahlah. Rasanya tak wajar.”
Tentu saja tak wajar! Bagiku, mencinta karena sepotong mimpi hanya omong kosong. Lagi pula Jamal tak tahu seperti apa wajah dan kepribadian Lala dewasa ini. Aku pun tak tahu.
“Santai saja, Mal. Tak usah dipikirkan. Yang penting kita tiba dulu di sana,” kata Bang Rohim, suamiku.
***
Setiba di Surabaya, kami disambut keluarga Lala hangat.
”Wah, iki Jamal tho? Oala, wis gedhe yo?!” ucap Bulik.
Jamal hanya tersenyum. Apalagi saat pipi gendutnya dijawil Bulik seperti saat ia kanak-kanak dulu.
”Mana Lala, Bulik?” tanyaku saat tak mendapati anak semata wayangnya itu.
”Ada di dapur. Sedang bikin wedhang.”
Aku segera ke dapur. Aku sungguh penasaran seperti apa Lala sekarang. Kulihat seorang gadis di sana. Subhanalah, cantiknya! Ia mencium tanganku. Hmm, santun pula. Cukup pantas untuk Jamal. Tapi, aku harus menahan diri. Kata Bang Rohim, butuh pendekatan persuasif untuk menjalankan misi ini. Aku tak yakin aku bisa sehingga menyerahkan sepenuhnya skenario kepadanya.
Tak banyak yang dilakukan Bang Rohim selain meminta Lala menjadi guide setiap kami bertiga pergi ke pusat kota. Ia melarangku membicarakan soal perjodohan, pernikahan, pinangan atau apapun istilahnya kepada Lala. Katanya, kendati kami keluarga dekat, sudah lama kami tidak saling bersua. Bisa saja Lala memandang kami sebagai ”orang asing”. Upaya melancong bersama ini demi untuk mengakrabkan kembali Jamal, Lala dan aku. Kiranya ini dapat memudahkanku saat mengutarakan maksud kedatangan kami sesungguhnya nanti.
Malam ini saat dimana aku diperbolehkan suamiku mengungkapkan semuanya kepada Lala. Seharusnya memang begitu. Tapi Jamal mendahuluiku. Tak kusangka ia serius dengan perasaannya. Ia utarakan semuanya. Tentang mimpinya, tentang jatuh cinta, bahkan tentang pinangan.
“Mungkin Dik Lala menganggap ini konyol. Abang juga merasa begitu. Tapi, setidaknya sekarang Abang yakin dengan perasaan Abang. Jadi, mau tidak kalau Lala Abang lamar?”
Bukan manusia kalau Lala tidak kaget ditembak seperti itu. Ia tampak galau. Seperti aku dulu. Sayang Lala tak merespon seperti aku merespon pinangan Bang Rohim dulu.
“Maaf, Mas. Aku terlanjur menganggapmu sebagai kakak. Rasanya sulit untuk merubahnya.”
Berakhirlah. Sampai di sini saja perjuangan kami di Surabaya. Jamal tersenyum mengerti, namun kuyakini hatinya kecewa. Cintanya yang magis tak berakhir manis. Kami pulang ke Jakarta dengan penolakan.
Sejak hari itu, Jamal tak terlihat lagi melankolis. Ia kembali sibuk dalam aktivitasnya. Adikku itu benar-benar hebat. Kendati patah hati, ia tak mau larut dalam perasaannya. Bahkan, belakangan aku tahu ia belum menyerah. Setidaknya penolakan itu berhasil mengakrabkan kembali Jamal dengan Lala. Mereka berdua kerap berkirim SMS sekedar menanyakan kabar ataupun saling bercerita. Jamal betul-betul memandang ini sebagai peluang untuk mengubah pandangan Lala terhadapnya.
Waktu kian berganti hingga masa dimana Jamal mengutarakan lagi keinginannya itu. Sayang ditolak lagi. Begitu berulang hingga tiga kali.
Ayah dan Ibu prihatin melihatnya. Mereka tak bisa berbuat banyak. Keinginan mereka untuk menjodohkan saja keduanya Jamal tolak.
”Syarat orang yang menjadi calon istriku, haruslah tulus ikhlas menjadi pendampingku. Atas kemauannya sendiri, bukan pihak lain!” Begitu alasannya selalu.
Terserahlah apa katanya. Tapi ini sudah menginjak tahun kelima Jamal memelihara cinta tak kesampaian ini. Usianya kian mendekati kepala tiga. Cukup mengherankan ia tetap memeliharanya terus. Rasanya tak layak cinta itu dipelihara terus. Ia harus diberangus. Lala bukanlah gadis terakhir yang hidup di dunia. Untuk itu Ibu, Ayah dan aku kongkalikong untuk membunuh cinta Jamal. Sudah saatnya ia mempertimbangkan gadis-gadis lain. Kebetulan ada yang mau. Pak Haji Abdullah sejak lama ingin bermenantukan Jamal dan menyandingkannya dengan Azisa, anak sulungnya. Kami susun perjodohan tanpa sepengetahuan Jamal. Lantas, kami sekeluarga berusaha ”menghasut” Jamal untuk memperhitungkan keberadaan Azisa, temannya sejak SMU itu.
Alhamdulillah berhasil. Hati Jamal mulai terbuka untuk Azisa sehingga saat Pak Haji Abdullah meminta dirinya menjadi menantu, ia tak punya lagi pilihan selain mengiyakan.
***
Kesediaan Jamal memang sudah didapat, namun anehnya ia tak kunjung juga menentukan tanggal pernikahan. Kali ini naluriku sebagai kakak turut bermain. Rasanya Jamal tengah menghadapi masalah yang tak dapat dibaginya kepada siapapun, termasuk Azisa. Saatnya aku menjadi kakak yang baik untuknya.
”Entahlah, Mbak. Rasanya aku tak siap untuk menikah.”
Mataku terbelalak saat Jamal mengutarakan penyebabnya.
”Apa pasal?” tanyaku agak jeri. Aku tak berani membayangkan jika Jamal tiba-tiba membatalkan perjodohan. Keluarga kami bisa menanggung malu!
”Rasanya Azisa bukan jodohku.”
Aku semakin terkesiap. Aku mulai menduga-duga arah pembicaraannya.
”Lala-kah?” tanyaku. Jamal mengangguk pelan, namun pasti.
”Sebenarnya mimpi tempo hari itu tak sekonyong datang. Aku memintanya kepada Tuhan. Aku meminta Dia memberikan petunjuk tentang jodohku kelak. Dan yang muncul ternyata Lala!”
Aku kembali terdiam. Aku benar-benar payah. Sudah setua ini, masih saja tak dapat menjadi kakak yang baik buat Jamal. Aku bingung harus menanggapi bagaimana.
”Maafkan jika selama ini Mbak tak bisa menjadi kakak yang baik, Mal. Bahkan untuk masalahmu satu ini pun Mbak tak bisa menjawab. Hanya saja, kita tak akan pernah benar-benar tahu apa yang kita yakini benar itu sebagai kebenaran, Mal. Termasuk mimpimu. Mbak tidak tahu lagi harus menganggapnya omong kosong ataukah benar-benar pertanda. Kalaulah mimpi itu pertanda, pasti banyak sekali maknanya.”
”Kamu memaknainya sebagai cinta dan jodoh, Ibu memaknainya sebagai silaturahmi dan Ayah memaknainya sebagai tipikal istri ideal bagimu. Bukankah Azisa pun tak berbeda jauh dengan Lala? Mimpi itu nisbi, Mal.”
Jamal hanya mendesah pelan sambil memandang kejauhan. Mukanya masam. Mungkin tak menghendaki aku bersikap tak mendukungnya.
”Mungkin,” lanjutku, ”ini hanya masalah cinta saja. Mungkin hatimu masih hidup dalam bayangan Lala dan tak pernah sekali pun memberi kesempatan untuk dimasuki Azisa. Kau hidup di kehidupan nyata, Mal. Sampai kapan akan menjadi pemimpi?!”
Aku tersentak oleh ucapanku sendiri. Tak kuduga akan mengucapkan ini. Bukan apa-apa. Beberapa waktu lalu kami mendengar kabar Lala menerima pinangan seseorang. Kendati menyerah, aku yakin Jamal masih memiliki cinta untuk Lala. Ia pasti sakit. Aku betul-betul kakak yang tak peka. Aku menyesal. Aku peluk Jamal, menangis sesal.
Jamal turut menangis. Isaknya berenergi kekesalan, kekecewaan, kesepian, keputus-asa-an, bahkan kesepian. Aku terenyuh. Betapa ia menderita selama ini.
“Besok kita batalkan saja perjodohan dengan Azisa, Mal. Itu lebih baik ketimbang kau tak ikhlas menjalaninya nanti. Itu katamu tentang pernikahan, ‘kan? Kita bicarakan dulu dengan Ayah dan Ibu.”
Kupikir ini yang terbaik. Tak bijak rasanya tetap berkeras melangsungkan perjodohan di saat Jamal rapuh begini. Di saat Jamal terluka dan bimbang pada perasaannya. Biarlah keluarga kami menanggung malu bersama.
“Tidak. Kita teruskan saja. Aku ikhlas menjalani sisa hidupku bersama Azisa. Mungkin aku hanya membutuhkan sedikit menangis saja. Aku pergi dulu ke rumah Pak Haji untuk membicarakan ini. Assalamu’alaikum.”
Kutatap kepergian Jamal dengan perasaan tak tentu. Kalau diingat semua ini terjadi karena mimpi. Ya, Allah apakah benar mimpi itu pertanda-Mu? Jikalau benar kenapa sulit sekali terrealisasi? Jika pun tidak benar kenapa banyak orang mempercayai?
Aku terpekur. Maafkan aku adikku. Aku hanyalah insan, yang tak mampu menerjemahkan segala misteri-Nya, bahkan yang tersurat sekalipun. Aku hanya berusaha. Dia tetap yang menentukan. Maafkan aku.
Sumber : Majalah Ummi, No. 12/XVI April 2005/1426 H

Salam Berbuah Cinta


Diro, sebut saja begitu nama lelaki bujangan asli Jawa ini. Diro dikenal sebagai lelaki yang sopan, hanif, dan punya ciri khas, yakni senang mengucapkan salam “Assalaamu’alaikum” kepada siapa pun -muslim- yang dijumpainya di manapun.
Suatu ketika, Diro ditugaspindahkan ke kota X, untuk jangka waktu dua tahun. Setibanya di kota X itu, lelaki bujangan ini langsung mencari tempat kos/kontrakan yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Setelah tiga hari di kota tersebut, Diro baru menyadari bahwa ada gadis cantik dan shalihah yang tinggal hanya beberapa meter dari kos-nya. Seperti biasa, tanpa maksud buruk, tanpa niat menggoda, Diro pun mengucapkan salam kepada gadis itu, saat keduanya bersama-sama menunggu bis di tepi jalan.
Sekali lagi, Diro tidak punya niat apapun ketika mengucapkan salam. “Dia berjilbab, jadi sudah pasti muslim, maka saya ucapkan salam kepadanya. Lagi pula gadis itu tetangga saya, kan wajar sama tetangga saling menyapa, ” alasannya.
Ucapan salam Diro dibalas delikkan mata tidak suka dari gadis tetangganya itu. Namun Diro tidak peduli, karena niatnya sangat tulus. Begitu pun sore harinya, ketika berpapasan di jalan, Diro kembali mengucapkan, “Assalaamu’alaikum Dik… ” Jawabannya tidak berbeda dengan pagi hari, wajah tidak suka.Mungkin pikir si gadis itu, Diro tidak ubahnya lelaki iseng yang senang menggoda. Sudah lazim diketahui, lelaki-lelaki iseng dan kurang kerjaan senang menggoda wanita. Dan bila yang digoda adalah wanita berjilbab, ucapan “Assalaamu’alaikum” biasa dijadikan andalan mulut-mulut lelaki ini.
Berbeda dengan Diro. Dia tidak sakit hati ketika salamnya tidak dibalas, atau bahkan dibalas dengan tatap mata sinis. Setiap hari, setiap kali bertemu dengan gadis itu tetap mengucapkan salam. Diro tidak bosan meski salamnya selalu mendapat jawaban yang serupa, dan sesekali makian, “maunya apa sih?”

Penulis : Bayu Gawtama
(Sumber: http://www.eramuslim.com, milis myquran)

Maaf Sayang, Tapi Aku Harus Pergi

story nya ngena beudd -_-

Vemale.com - Oleh: Agatha Yunita
Rena: Terkadang aku hanya tak bisa mengerti, mengapa ada pria yang mengatakan cinta kemudian tiba-tiba ia meninggalkan kita tanpa sebab yang jelas. Hanya ada kata perpisahan yang menyakitkan dan menghancurkan hati. Apakah memang hati wanita diciptakan untuk itu?
***
Bagas: Aku tahu, apa yang aku lakukan ini tentunya akan menyakiti hati Rena, tetapi aku sungguh-sungguh mencintainya. Dan aku tidak ingin membuat ia sedih dengan mengatakan yang sejujurnya. Karena hatinya akan jauh lebih terluka, ia akan kecewa, dan terlebih lagi, sebenarnya aku yang takut ditinggalkannya...
***
Rena: Bagas, adalah pria yang kukenal 4 tahun silam dari sepupuku. Kami bertiga kuliah di tempat yang sama, tinggal di tempat yang sama, kelaparan bersama-sama, dan berlari ke warung Padang terdekat setelah mendapat kiriman dari orang tua.
Kami sama-sama merantau di kota orang, mengejar mimpi dan dibekali doa agar dapat meraih prestasi. Demikian mimpi yang sama membuat kami tak lantas hanya bisa menghabiskan uang hasil kiriman orang tua. Kami bertiga saling memberi motivasi dan semangat agar kuliah kami diselesaikan dengan baik seperti keinginan keluarga.
Melewati ratusan peluh dan air mata, kami berjanji untuk menjadi sahabat yang saling menjaga hingga pendidikan yang harus kami tempuh ini usai. Demikianlah, tanpa kuduga sebelumnya, aku jatuh cinta pada Bagas. Sosok yang sebenarnya kuanggap sebagai sahabat, yang sama-sama tak ingin mengecewakan orang tua masing-masing. Aku tahu. Ia juga menyimpan perasaan yang sama, semua itu terlihat jelas dari binar matanya.
Dan benar. Tebakanku tidak salah, perasaan itu memang seperti radar yang tak berbohong ketika berbicara soal cinta. Bagas mencintaiku. Diam-diam di belakang sepupuku, kami menjalin hubungan, saling mencintai satu sama lain, saling menjaga satu sama lain. Aku bahagia karena cintanya.
***
Bagas: Rena, gadis cantik yang selalu kuat dengan senyum menawannya. Tak seperti gadis lain yang cengeng dan manja, ia tahu sekali kapan saat harus bersikap sebagai wanita, dan kapan harus mandiri. Aku jatuh cinta padanya, sejak pertama kali aku melihatnya.
Kami berjanji untuk menjadi sahabat yang saling mendukung mimpi, sehingga untuk waktu yang lama, aku harus berakting menjadi sahabatnya demi menjaga ia tetap dekat denganku. Sekian hari kuamati, aku menangkap gelagat yang sama. Kuberanikan diriku menyatakan cintaku padanya, dan ia membalas cintaku. Aku bahagia karena cintanya.
***
Rena: sudah 3 tahun berjalan kuliah kami, setengah bulan lagi aku harus bisa menyelesaikan kuliah ini. Aku tak ingin ayah dan ibu menunggu terlalu lama. Aku ingin membuat mereka bangga. Tetapi, aku tak ingin meninggalkan Bagas.
Awalnya, aku mengira Bagas sedih dan masih tak rela ditinggalkan. Gelagatnya tampak aneh dan menjadi pendiam. Kami jadi jarang bertemu berdua seperti dulu lagi. Ia hanya muncul saat sepupuku ada, dan sisanya ia habiskan di kamar sendiri atau di luar, dengan alasan-alasan yang tak pernah kuketahui. Apakah dia sudah punya yang lain?
Aku berusaha mengusir pikiran buruk itu, dan menganggap bahwa aku terlalu sensitif sebagai seorang wanita. Tetapi lambat laun, sikapnya benar-benar mengganggu, sampai...
"Kamu apa-apaan sih? Aku ngerasa kamu menghindar deh, apa aku berbuat salah sama kamu?" aku mendorong tubuh Bagas ke dalam rumah kontrakan, saat kutanggap dia hendak pergi menghindariku lagi. Kali ini aku tak kehabisan akal. Aku berpura-pura harus kuliah pagi, namun kutunggu dia keluar dari persembunyiannya.
"Apa sih Ren? bukannya seharusnya kamu kuliah pagi ini? aku juga buru-buru nih!" tegas Bagas padaku tanpa melihat wajahku. Ia menatap ke jalan, seolah memang tak ingin diganggu. "Nggak. Tunggu dulu. Jelasin dulu ke aku, kenapa kamu jadi bersikap aneh begini? Baru deh aku akan melepaskan kamu," kataku lagi.
"Aku capek. Aku punya banyak tanggung jawab kepada kedua orang tuaku. Jadi aku minta kamu nggak mengganggu aku. Itu aja, aku harap kamu bisa mengerti tanpa menuntut sesuatu yang tak perlu dijelaskan lagi. Sudah! Aku pergi." Bagaspun sekejap saja menghilang dengan motornya. Meninggalkan tanda tanya yang perlahan luntur dibawa air mata. Segera saja kusadari, mataku sudah tak sanggup menahan kaca-kaca yang makin menebal. Kaca tersebut kemudian jatuh, pecah dan membasahi bajuku.
Semenjak hari itu aku selalu bertanya, apa yang salah dari diriku. Sepupuku jadi heran, mengapa aku dan Bagas lebih sering murung dan menyendiri. Namun, aku berhasil sekali lagi mengelabuinya. Sebulan cukup memberiku waktu untuk menjadi wanita yang cengeng dan tidur di atas air mata. Kuseka air mata itu, dan segera kuselesaikan kewajibanku agar bisa kubanggakan sepulang dari kota nanti. Ayah, ibu, tunggu anakmu...
***
Bagas: Aku tak ingat sejak kapan aku merasa sakit perut. Sakit nyeri yang semakin hari semakin kuat ini mengangguku, hingga suatu hari aku nyaris pingsan dan berhasil ditolong oleh Roy. Iapun menyarankanku bermain ke rumahnya. Ayahnya adalah seorang dokter, mungkin ia bisa membantu memeriksa kondisiku dengan cuma-cuma. Roy tahu benar aku anak perantauan, jadi kali ini ia meminta ayahnya tak menarik sepeserpun dari jasanya.
"Sejak kapan kamu merasa sakit perut begini?" tanya ayah Roy. Aku menggeleng, aku bahkan tak pernah ingat. "Nggak ingat, Om. Biasanya memang cuma mual-mual saja, seperti sakit maag, tapi diminumi obat juga udah baikan kok. Mungkin hari ini kelelahan saja," hiburku.
"Apakah kamu juga seringkali merasa pusing karena anemia?" tanyanya lagi membuatku jadi curiga. "Iya kadang sih, Om. Kenapa ya? apakah serius Om?" aku jadi deg-degan dan cemas.
"Om sarankan kamu pergi ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan sinar X. Nanti Om beri pengantarnya. Om tidak yakin, tetapi dari gejala dan keluhan yang kamu rasakan, Om rasa ini adalah kanker perut. Kita harus tahu, sudah seberapa besar ia berkembang di dalam perut dan mengganggu lambungmu." Bagaikan petir di siang hari, semua berita itu menyambar tanpa memberi ampun. Tanpa menunggu lama akupun mengikuti saran Om, dan memeriksakan diri. Masih dibantu oleh Roy dan ayahnya, aku mendapatkan diriku ternyata sudah berada di stadium 4. Om bilang tak berani memprediksikan usia, karena usia itu di tangan Tuhan. Yang dapat dilakukannya adalah membantu pengobatakanku dan meringankan rasa sakitku.
Hari itu, aku merasa hidupku hancur. Aku takut kehilangan segala sesuatu yang tengah manis kunikmati saat ini. Aku takut kehilanganmu Ren...
***
Rena: Hari ini adalah hari wisudaku. Rasanya sebagian beban terlepas dari bahuku. Namun, ada satu hal yang membuatku gelisah sedari tadi. Aku tak menemukan batang hidung Bagas di manapun, apakah ia benar-benar sudah melupakanku? Apakah dia tak sedikitpun ingin merayakan hari bahagiaku?
Aku meminta ayah dan ibuku untuk pulang lebih dulu. Berbekal alasan masih ingin mengurus surat ini itu, aku akan tinggal 2 minggu lagi di sini. Dalam hati aku sadar, 2 minggu itu akan kumanfaatkan baik-baik untuk mencari tahu mengapa Bagas berubah.
***
Bagas: Aku tahu ini adalah hari terakhir Rena di sini. Dengan terpaksa aku harus menemaninya sampai ke stasiun. Aku tetap menunjukkan sikap dingin kepadanya, walau hati ini rasanya tak rela. Ingin sekali aku memeluknya, menghujaninya dengan ciuman selamat karena ia berhasil menyelesaikan studinya terlebih dahulu. Tapi setiap kali melihatnya, kuurungkan niat itu. Aku tak ingin melihatnya terluka. Aku sangat mencintainya.
"Aku ingin mampir ke taman itu dulu Gas," kata Rena dengan lirih. Awalnya aku enggan, namun melihat wajahnya yang memelas, akupun mengantarnya ke taman tempat kami sering duduk berdua dulu.
Ia berlari ke sebuah pohon, dicarinya inisial yang kami pahat di sana dulu. B & R, semuanya tak ada. Rena terisak dan memekik lirih, "hilang... semuanya hilang... di mana ya? kayaknya di sini, tapi kok nggak ada. Gas, hilang Gas..." aku yang tak tega sengaja menjaga jarak. Aku tak ingin terlibat emosinya saat itu. Kubiarkan ia menangis sendiri hingga ia puas. Ia diam, menghapus air matanya, dan berjalan ke arahku.
"Aku tak mengerti sampai sekarang, mengapa sikap dinginmu itu tetap saja kau tunjukkan. Apa sih yang sebenarnya kau inginkan? Aku tak tahu. Baiklah, mungkin memang sudah ada yang mengisi hatimu. Antar aku ke stasiun Gas," kata Rena dengan mata sayu tanpa energi. Keceriaan dan semangatnya seperti luntur disapu kesedihan mendalam di hatinya.
Akupun mengantarnya ke stasiun, melepas kepergiannya yang sebenarnya tak kurelakan. Untunglah hari itu hujan, setiap tetes air hujan itu menyelamatkanku. Air mata yang keluar dan mengalir di pipiku tak ada yang tahu. Aku hanya berjalan gontai dan membiarkan orang yang kusayangi pergi tanpa tahu apa yang sebenarnya. Aku hanya berharap ia tak terluka dan tak bersedih akan kepergianku...
Maafkan aku Ren, aku mencintaimu...
***
Rena: Yah, demikianlah cinta. Mungkin aku saja yang terlalu berharap dan memimpikan yang tidak-tidak. Terpaksa harus kutelan pedih ini sendiri, tanpa tahu kesalahanku yang sebenarnya. Oh, aku tahu. Kesalahanku adalah mencintaimu yang tak mencintaiku juga.
Baiknya, aku kubur semua perasaan itu. Aku akan kembali ke kotaku. Selamat tinggal, Bagas...

Puisi Cinta Karya Pak Habibie Untuk Mengenang Ibu Ainun


nah kalo ini nggak kalah serunya tentang puisi pak habibi yg dipersembahkan khusus untuk sang istri wah ternyata pak habibi memiliki sosok yg romantis yah ::)
Vemale.com - Cinta sejati tidak akan pernah padam, walaupun raga sudah pergi menghadap sang Pencipta.
Keabadian cinta sejati yang diberikan bapak BJ Habibie kepada ibu Ainun tidak hanya dirasakan mereka berdua, tetapi juga dirasakan seluruh warga Indonesia. Saat berita wafatnya ibu Ainun tersebar, kita bisa melihat sendiri bagaimana bapak Habibie sangat kehilangan. Saat kesedihan dalam wajah terpancar, maka kesedihan dan rasa kehilangan itu menyentuh hati kita. Kita bisa merasakan betapa besar cinta seorang BJ Habibie kepada mendiang istrinya.
Seribu hari telah berlalu. Pada tanggal 15 Februari 2013, berlangsung peringatan 1.000 hari wafatnya Ainun di kediaman Habibie, Jl. Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan. Dalam acara tersebut, bapak Habibie menuliskan sebuah puisi cinta untuk ibu Ainun. Inilah puisi yang menggambarkan betapa dalam rasa cinta beliau.
 
 
SERIBU
Sudah seribu hari Ainun pindah ke dimensi dan keadaan berbeda.
Lingkunganmu, kemampuanmu, dan kebutuhanmu pula berbeda.
Karena cinta murni, suci, sejati, sempurna dan abadi tak berbeda.
Kita tetap manunggal, menyatu dan tak berbeda sepanjang masa.

Ragamu di Taman Pahlawan bersama Pahlawan bangsa lainnya.
Jiwa, roh, bathin dan nuranimu menyatu denganku.
Di mana ada Ainun ada Habibie, di mana ada Habibie ada Ainun.
Tetap manunggal dan menyatu tak terpisahkan lagi sepanjang masa.

"Titipan Allah bibit cinta Ilahi pada tiap insan kehidupan di mana pun.
Sesuai keinginan, kemampuan, kekuatan dan kehendak-Mu Allah.
Kami siram dengan kasih sayang, cinta, iman, taqwa dan budaya kami,
Yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi sepanjang masa.

Allah, lindungi kami dari godaan, gangguan mencemari cinta kami.
Perekat kami menyatu, manunggal jiwa, roh, bathin dan nurani kami.
Di mana pun, dalam keadaan apa pun kami tetap tak terpisahkan lagi.
Seribu hari, seribu tahun, seribu juta tahun.. sampai akhirat.

Bacharuddin Jusuf Habibie
Jakarta, 15 Februari 2013 
 
Semoga cinta abadi ini tidak hanya dirasakan oleh bapak Habibie dan ibu Ainun, semoga kita juga merasakan cinta sejati yang sama.

Berawal Dari Sayur Lodeh, Soekarno Jatuh Cinta Pada Hartini

cuma pengen share aja tentang Pak Soekarno dan istrinya, yang selama ini kita kenal sebagai Pak Presiden tetapi juga memiliki kisah cinta yang menarik juga loh.

Vemale.com - Memiliki kharisma yang mempesona membuat mantan presiden RI pertama ini dipuja banyak wanita cantik. Bahkan, sepanjang hidupnya, Soekarno dikelilingi wanita-wanita cantik yang bersedia menjadi istri baginya.
Tercatat oleh negara, sembilan istri sempat dinikahi Soekarno. Berbekal intelektualitas yang tinggi, kesopanan, serta sikap yang hangat, sulit rasanya menolak cinta dari pria yang menjadi nomor satu di bumi pertiwi.
Dalam pernikahannya, istri keempat Soekarno adalah sosok yang dikenal setia mempertahankan status pernikahannya. Sekalipun Soekarno sempat kecantol dan menikah dengan wanita lain, ia tak keberatan dimadu. Sedangkan istri kedua dan ketiganya, memilih hidup tenang dan kembali pada kesendiriannya.
Diceritakan, Hartini dipinang oleh sang proklamator pada 1953. Saat itu Hartini berusia 29 tahun dengan status janda beranak lima.
Dikutip dari Merdeka.com, keduanya mengawali pertemuan di Candi Prambanan, Jawa Tengah. Saat itu Soekarno sedang mengadakan kunjungan kerja. Sebuah sumber lain, penasoekarno.wordpress.com mengatakan bahwa Hartini adalah salah satu ibu-ibu yang sibuk di dapur rumah Walikota Salatiga, di mana Soekarno singgah setelah memberikan pidato di Lapangan Tamansari.
Lelah berorasi di depan rakyat, Soekarnopun diajak mampir dan menikmati menu makan siang yang telah disiapkan. Aroma masakan sayur lodeh yang disiapkan Hartini membuat Soekarno bertanya-tanya, siapa gerangan yang memasak sayur lodeh kesukaannya dengan rasa seenak itu. Di sanalah awal keduanya berkenalan dan berjabat tangan dengan erat.
Sekembalinya Soekarno ke Jakarta, ia tak bisa melupakan paras ayu nan lembut Hartini. Menyadari bahwa ini adalah rindu, Soekarno kemudian mengambil secari kertas, dan menuliskan sebaris kalimat sebagai surat cinta pertamanya:
 
 
"Tuhan telah mempertemukan kita Tien, dan aku mencintaimu. Ini adalah takdir."  
 
Senang dengan panggilan kesayangan 'Tien' yang dilontarkan Soekarno, Hartinipun mulai galau. Namun, ia menikmati surat-surat bernada cinta dan telegram-telegram yang semakin sering dikirimkan. Kali ini, Soekarno menyematkan nama Srihana, nama samaran yang dipakai saat menuliskan surat cintanya pada Hartini, yang disebut Srihani. Demikianlah kisah cinta Srihana Srihani terus berlanjut.
Dilamar sebagai istri, tak langsung membuat janda berparas ayu mempesona itu mengiyakan pinangan Soekarno. Ia butuh waktu yang cukup lama untuk mengiyakannya. Pak Osan Murawi dan Mbok Mairah, kedua orangtua Hartini pernah mengatakan sebuah pernyataan atas kebimbangan hati putrinya, "Dimadu itu abot, biarpun oleh raja atau presiden. Opo kowe kuat? Tanyakan hatimu. Apapun keputusanmu, kami memberi restu..."
Berbekal dukungan orangtuanya, akhirnya Hartini tak kuasa menolak pinangan Soekarno lagi. Namun, ia adalah wanita yang tahu diri. Ia meminta Fatmawati untuk tetap menjadi ibu negara, sedangkan dirinya tetap menjadi istri kedua.
 
 
"Ya, dalem bersedia menjadi istri Nandalem. Tapi dengan syarat, ibu Fat tetap first lady, saya istri kedua. Saya tidak mau ibu Fat diceraikan, karena kami sama-sama wanita."  
 
Kelembutan, kebijaksanaan dan kesetiaan Hartini ini dibuktikan dengan tetap menjadi istri saat kekuasaan Soekarno sudah memasuki usia senja. Dalam pernikahannya, mereka dikaruniai dua putra yaitu Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra.
Hartini tetap mendampingi Soekarno hingga ajal menjemputnya. Bahkan, kabarnya beliau menghembuskan nafas terakhir di pangkuan Hartini, di RS Gatot Subroto, 21 Juni 1970.